Senin, 01 Juni 2020

Aku dan Kopi : Sebuah Cerita Tentang Secangkir Motivasi.

Diposting oleh dinda di 09.57
Setelah menjalani perkuliahan yang memacu saraf simpatis ku, ternyata stimulant dari perkuliahan itu tetap membuatku takut untuk menjalani liburan ini. Pikiran positif hasil OSCE untuk remed pun menghantuiku setiap saat. Melihat kucing, memandang langit, duduk di kursi, melihat asbak, apalagi melihat kartu OSCE yang tertempel foto ku pun seolah-olah adalah penguji yang sedang menjelma. Ekspresi penguji menempel erat di pikiranku. Entah apa yang dilakukan penguji tersebut seakan-akan seperti tokoh antagonis di sebuah film. Sebuah memori disimpan dengan mempercabangkan dendrit dari sebuah nukleus, apabila memori itu kuat maka percabangannya semakin besar. Apakah dosen penguji itu telah membuat percabangan dendritku dengan ukuran XXXL? Aapalgi suara bel penanda pindah stase, ditambah ucapan penguji “dek sudah selesai dek”, pelan lembut tapi tajem! Padahal ketika itu, aku sedang memasukkan kateter yang baru sampai 1/3 uretra, langsung saya tinggal lari ke ruang stase berikutnya, deg-degan, disisi lain kasihan sama manekinnya.  Maklum masih tahun pertama di kedokteran, segala ekspektasi harus dilambungkan tinggi-tinggi, nah lupa kalau jatuh makin sakit. Oleh sebab itu, selesai OSCE aku memikirkan berbagai cara untuk merefresh jiwa raga setelah bertempur di ruang OSCE. Salah satu jalan untuk membuatku lebih tenang adalah menghabiskan uang untuk menongkrong di suatu tempat, memesan caffe latte dengan extra double shot.

Selama aku hidup, aku dikenalkan kafein ketika memasuki kelas 12. Tugas yang amat banyak, motivasi masuk PTN, les hingga larut malam, dan segala tekanan hidup seperti tuntutan menghitung tekanan “P” dengan printilan angka sansekerta berhasil mengutuk mental ku menjadi mental breakdance. Hal itu telah memacuku dan memaksa tubuhku untuk terus bekerja. Disaat itulah aku butuh paksaan berupa stimulan dari kafein. Zat yang dalam buku harper katanya, dapat menghambat suatu penghambat dari proses pemecahan lemak  Jadi intinya aja deh, si kafein ini dapat memacu proses pemecahan lemak. Ini sih berita baik bagi kaum gembrot seperti saya, TAPI kalau minumnya gak pakai gula, brown sugar, caramel, ditambah whipping cream kaya di café café. Kafein juga punya status sosial yang masuk ke geng namanya methyl xanthine, kelompok senyawa yang bisa bikin saraf kita bangun alias stimulan. Kafein sudah membantuku dalam pencapaian threshold produktivitas semenjak SMA. Beliau bagaikan motivator yang selalu mengatakan “BELAJAR ATAU MATI?!” langsung bangun, otakku yang hampir menguap seketika berubah bentuk menjadi otak Einstein lalu tidak lama si otak berubah lagi menjadi otak ayam, lalu sruput lagi, berubah lagi. Jadi begitulah siklusnya.

Jujur saya berterimakasih dengan senyawa ini, tapi semakin lama hubunganku dengan senyawa hits ini semakin erat. Aku ingat dengan perkataan guru Bahasa jawa ku dikala sela-sela mengajar, yaiku, “kalau kita berteman jangan terlalu dekat banget tapi jangan terlalu jauh banget, biasa-biasa saja”. Baiklah akhirnya aku aplikasikan quotes beliau dikehidupan nyataku dan tetap tidak bisa berbahasa jawa. Aku memikirkan strategi gimana caranya aku bisa sedikit menjauhi si kafein ini tanpa sepengetahuan dia agar bisa menjaga perasaannya, si kafein, bukan guru Bahasa jawa. Agak ragu sebenarnya, dia seperti motivator melebihi acara jalur emas golden way. Ketika aku lesu, pasti yang kuingat kopi, kopi, dan kopi. Gak punya motivasi belajar, yang kuingat yaaaaaaaaaaaaa kamu. Bukan kamu yang baca, tapi kopi, dia gak bisa baca.  Sekian lama dengan kafein, terasa berubah rasanya. Lama-lama aku jadi selalu meng-kambinghitam-kan “tidak minum kopi” sebagai alasan males mengerjakan tugas. Padahal, kalau sudah diberi kopi, tetap aja gak produktif. Jadi merenung deh aku, “selama ini motivasi itu datangnya darimana? Masa iya dari secangkir cairan yang mengandung kafein?”. Ternyata, motivator utama dalam hidupku adalah diriku dan pikiranku sendiri. Motivasi dari dalam itu ternyata penting, bisa kita munculkan dengan memikirkan tujuan awal kamu mulai melangkah, orang-orang yang mendukung perjuanganmu dan yang mengharapkan kesuksesanmu, dan keuntungan-keuntungan lain jika kamu berusaha. Motivasi dari luar enggak akan mempan kalau bukan dari kita sendiri, yang menjalankan tubuh kita untuk melakukan sesuatu. Memang sebuah hasil yang nyata itu bukan berasal dari ramalan hidup garis telapak tangan, apalagi kaki. Takdir akan menjadi apa itu pilihan kita sendiri. Tuhan pasti akan membantu, kalau juga ada usaha pastinya. Jadi, lakukan yang terbaik disetiap waktu, karena waktu itu terus berjalan, mau menahan jarum jam pun tetap aja waktu akan terus berlari sampai kita kehabisan waktu. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

cheesy tomato Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea